Rockart (1982), mendefinisikan Critical Success Factor sebagai faktor utama dari suatu kegiatan yang mutlak diperlukan bagi seorang manajer untuk mencapai tujuannya[1]. Identifikasi faktor kunci keberhasilan perlu dilakukan sebab hal ini akan membantu para pemangku kepentingan untuk mengambil langkah yang tepat dan menghindari kegagalan proyek[2]. Lalu bagaimana dengan CSF proyek KPBU?
Proyek KPBU seringkali memiliki kompleksitas dan ketidakpastian yang tinggi[3]. Menurut Wibowo dan Alfen (2014) terdapat tiga faktor penentu keberhasilan KPBU yakni[4];
- Adanya komitmen untuk keberlanjutan kebijakan
- Adanya komitmen terhadap transparasi keuangan
- Adanya komitmen terhadap pemberantasan korupsi
Sementara menurut Maramis (2018), SCF KPBU diantaranya[5];
- Faktor kelembagaan
- Kemampuan komprehensif KPBU Pemerintah
- Imbalan bagi pihak swasta yang menarik
- Dan kepastian hukum serta perilaku oportunistik
Tidak jauh berbeda dengan kedua sumber diatas, Natalia et al (2021) memaparkan 5 faktor kunci keberhasilan KPBU yakni;
- Pembagian alokasi risiko yang jelas
- Pengadaan lelang yang kompetitif dan transparan
- Kerangka hukum yang menguntungkan dan efisien
- Adanya komitmen dan tanggung jawab baik pemerintah dan badan usaha
- Adanya konsorsium badan usaha swasta yang kuat dan handal.
Dari meta analisis yang ada, kata kunci dalam keberhasilan KPBU terletak pada tranparansi dan komitmen baik PJPK/Pemerintah maupun badan usaha. Untuk memperoleh komitmen dan tranparansi tersebut maka diperlukan koordinasi yang baik antara Pemerintah dan Badan Usaha/Para pemangku kepentingan[6]. Manfaat yang didapat dari koordinasi yang intens dari para pemangku kepentingan adalah didapatkannya formulasi alokasi risiko yang berimbang[7].
Mengapa formulasi alokasi risiko penting dan krusial pada proyek KPBU?
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwasannya proyek KPBU memiliki kompleksitas dan ketidakpastian yang cukup tinggi. Artinya, seberapa buruk risiko terjadi dan mempengaruhui proyek kedepan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan proyek KPBU. Beberapa proyek pada akhirnya menjadi beban baik bagi pemerintah daerah maupun pusat akibat tidak teridentifikasinya risiko di tahap persiapan.
[1] Rockart, J. F. (1982) The Changing Role of the Information Systems Executive: a Critical Success Factors Perspective. Sloan Management Review, 24(1), 3-13.
[2] Wai, S. H., Yusof, A. M., Ismail, S., & Ng, C. A.(2013). Exploring Success Factors of Social Infrastructure Projects in Malaysia. International Journal of Engineering Business Management, 5(2), 1-9.
[3] Kwon, H. R., & Yu J. H. (2011). Critical Success Factors for Urban Regeneration Projects in Korea. Int. J. Proj. Manage, 29, 889-899.
[4] Wibowo, A., & Alfen, H. W. (2014). Identifying Macro-environmental Critical Success Factors and Key Areas for Improvement to Promote Public-private Partnerships in Infrastructure: Indonesia’s Perspective. Engineering, Construction and Architectural Management, 21(4), 383-402.
[5] Maramis, J. B. (2018). Faktor-faktor Sukses Penerapan KPBU Sebagai Sumber Pembiayaan Infrastruktur: Suatu Kajian. Jurnal Manajemen Bisnis dan Inovasi, 5(1), 49-63.
[6] Wai, S. H., Yusof, A. M., Ismail, S., & Ng, C. A.(2013). Exploring Success Factors of Social Infrastructure Projects in Malaysia. International Journal of Engineering Business Management, 5(2), 1-9.
[7] Sutantiningrum, K. H., Hamoko., & Jati, U. D. (2019). Opsi KPBU Proyek SPAM Regional Keburejo Provinsi Jawa Tengah: Pendekatan Manajemen Risiko. Media Komunikasi Teknik Sipil, 25(1), 69-80.